‘Buat menuh-menuhin CV aja’
Kalimat ini seriiing banget dipake sama umat pelajar Indonesia, dari SMA sampe mo lulus kuliah. Sebenernya apa sih esensinya ?
1. Mending ikut kecil-kecil tapi banyak atau dikit tapi kerja besar ?
Kalimat judul diatas biasanya jadi modus para pembuat event/lomba supaya orang-orang pada mau ikutan. Ga usah dipungkiri sekarang yang namanya event ato lomba tuh banyaaaaaaakkk bangeet. Ntah creatornya mau menunjukan eksistensi organisasinya, atau buat menuhin tugas kuliah, ada juga tetep alasan mulia untuk menambah pengalaman dan berkontribusi pada komunitas sekitar. Tapi segala sesuatu yang berlebihan itu gak pernah baik. Termasuk ikut kegiatan yang berlebihan, apalagi sama-sama aja. Kampus dengan segala kesibukan akademis maupun event somehow berhasil membuat mahasiswa hidupnya hanya revolve di mereka, dan gak jarang jadi ga ada waktu untuk memikirkan realita kehidupan dan mencari pengalaman baru diluar.
Sepengamatan, banyak juga lomba dan event yang sudah kehilangan esensinya. Bikin lomba tuh sekarang gak susah, cari tema aja (rata-rata gitugitu doang), cari dana, cari juri (kadang kompeten kadang gak), cari peserta, suruh mereka mikiir, dilombain, milih pemenang (yang terkadang juga bias tergantung mood juri saat itu ato latar belakang subjektif peserta), terus hasil lomba sudah dilupakan. Bahkan yang lomba kadang juga ga inget konten karya mereka, karena demi alesan dapet piala dan masukin CV aja. Padahal ya, ide yang udah capek” disusun tuh ga gampang loh dapetnya. Tapi diabaikan gitu aja sama si penggelar lomba dan peserta lomba. Ini nih kenapa Indonesia gak sukses”, orang pinter banyak ide kratif dimana” tp ga ada yang dipake. Ga ada yang direalisasiin. Yang penting ada, bikin, dan masuk CV sbg panitia/pemenang.
Event (kebanyakan ya gak semua) juga adalah rupa dari pola hidup instan manusia. Banyak ditemukan organisasi yang sibuuk terus urus event dibanding urus anggotanya. Kadang sampai dikorbankan finansial dan rasa saling menghargai sesama manusia.
Padahal kesuksesan sebuah organisasi bukan dari seberapa besar event yang bisa dibentuk, tapi seberapa berkembang sumber daya manusianya.. seberapa anggotanya merasa terbantu dan bahagia atas eksistensi organisasinya. Emang ini susah diukur, kenapa ? karena effectnya bakal longterm. Kamu ga bisa liat hasilnya sekarang, secepat event sukses. Semua butuh proses dan kerja keras dalam membangun. Event itu alat, bukan tujuan utama. Ini emang ga bisa dimasukin di CV, tapi pasti ‘pengalaman’ ini bakal membentuk karakter dirimu lebih dari sekedar ke-instan-an.
Jangan kayak jadi orang yang protes terus sama pemerintah dibilang gak kerja lah apa… ya emang untuk membersihkan dan berjuang dari awal butuh waktu dan ga bisa langsung keliatan. Bahkan kadang jadi sedikit gak stabil. Tapi udah tau yang sekarang jelek masa berubah dikit demi yang lebih baik gamau sih ? sabarrrr (:
2. CV was made untuk meringkas konten hidup. Tapi CV sekarang itu cuman ada ringkasannya ga ada konten.
Prinsip di atas membuat orang memiliki banyak sekali kegiatan di hidupnya, tanpa akhirnya memiliki fokus tertentu. Apakah memiliki fokus penting ? Tentu saja! karena kita ini manusia biasa bukan superhuman. Too much going on akan frustrate kemanusiaan dirimu. Sering dengar orang di Jepang bunuh diri ato mati mendadak karena stress ? Gamau gitu kan…Orang dengan kegiatan hidup yang banyak biasanya tidak bisa fokus pada satu, alhasil cuman ngerjain seadanya atau untuk mencapai standar kelulusan. Numpang-numpang aja di mana”.
Di CV seseorang bisa saja tercetak banyak kegiatan dalam setahun: organisasi HMJ, ekstrakulikuler, penelitian, lomba-lomba. Ketika ada banyak gitu, alokasi waktu untuk setiap kegiatan pasti semakin sedikit ketimbang fokus di lebih sedikit.
Alhasil, konten di setiap skill juga semakin sedikit. Iya ringkasan hidup banyak, tapi gimana dengan konten hidupnya ? Belom lagi akan ada hari” di mana Ia stress maka tidak produktif. Ato ada juga, yang misalkan ambil test ujian bahasa jerman atau jepang atau apa.. tapi dia melimit kemampuannya hanya berstandar kelulusan. Pas disuruh pake di kehidupan nyata… eh ga bisa. Soalnya belajar biar dapet sertifikat buat CV aja.. Esensi sesungguhnya belajar beda deh, kan test ujian hanya untuk meringkas kemampuanmu. Harusnya lebih dari itu. Jangan-jangan Bli di pantai Bali lebih jago dari kalian, meskipun ga punya sertifikat.
Jika kalian salah satu dari ini, tenang.. ini bukan salah kalian kok. Sistem edukasi Indonesia yang membuat kita begini, berasa kita harus bisa disegala bidang padahal realitanya pas gede juga ntar lain lagi. Mata pelajaran kita aja banyak, padahal seorang musisi kadang ga perlu semengerti itu tentang kimia. Orang yang involve di banyak tempat keliatannya keren. Tapi kalau kamu karya kamu sukses, setia disatu fokus aja. Kuatin konten kamu di fokus itu.
dan dengan gini juga km gak bikin orang lain bete karena kamu ga kerja efisien dan cuman numpang nama buat CV hehehe
3. CV penuh buat apa sih ? daftar kerja ? HRD emang ngeliat CV penuh ?
So both of my parents is an HRD expert, working almost 20 years in the industry. Pas ditanya mereka nyari apa di seorang pekerja, mereka bilang …. yang dilihat adalah keselarasan antara pekerjaan dan pengalaman pelamar, bukan banyaknya. Organisasi atau lain yang tidak berhubungan adalah nilai tambah saja. Jadi, cari yang utama dulu dan yang lain tambahan bukan sebaliknya.
Lagi, CV penuh terus daftar kerja…. berarti bukan menjadi enterprise ya ?
Liat Mark Zuckenberg, Steve Jobs, Kolonel Sanders, Ford, dsb. Kayaknya CVnya sebelom sukses gak maksa serame dan seberagam itu… mungkin mereka tidak berusaha menuh”in CV karena….. seorang enterprise tau apa yang dia mau dan tau apa tujuannya. Again mereka akan sangat fokus di konten mereka, bukan apa yang bisa mereka pamerkan tapi hasil akhir dari segala proses perjuangan dan karakter mereka (yang gampang karena pasti banyak gagal). Probability kamu jadi kayak mereka lebih gede dgn cara gini.
(Ini hanya pendapat, mau kamu jadi pekerja atau enterprise itu sama-sama baik karena semua orang lahir dengan kapabilitas dan bakat masing-masing.)
Mungkin coba di pertimbangankan lagi lain kali memutuskan ikut sesuatu atau tidak, supaya baik untuk dirimu dan tidak merugikan orang lain. Ingat juga umurmu, kapan masih aman hidup macem gini dan kapan harus liat realita.
Ini juga berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi, jadi tidak berlaku bagi semua orang. (and I actually am not the wisest to say this) Ada orang yang stress management nya baik, ada yang ketemu pekerjaan dan passion bahkan jodoh saat menuh”in CV.
Ato mungkin ada juga yang perlu menuhin CV karena emang belom ada kontribusi beneran (: Jika kamu salah satunya abaikan ini.